Halo
Sekarang saya akan membahas alasan saya resign dari perusahaan dan memutuskan untuk buka usaha sendiri.
Pada dasarnya, bekerja adalah salah satu tujuan setelah lulus dari kuliah. Saya pun demikian. Saya mencari pekerjaan juga dengan usaha yang lumayan serius.
Lahir dan besar di Tanah Rencong, saya kemudian ke Medan untuk mencari pekerjaan. Dua bulan di Medan masih belum ada pekerjaan yang sesuai. Saya akhirnya ke Jakarta dan fokus mencari di sana.
Jakarta dan sekitarnya sangat luas, hampir setiap hari ada jobfair yang bisa saya ikuti. Sayapun tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Hampir semua saya ikut mulai dari Jakarta, Bekasi, Bogor, bahkan ke Bandung. Jauh ya?
Singkat cerita, saya diterima di salah satu perusahaan Kelapa Sawit dari hasil Jobfair di Bogor. Saya pun bekerja di sana walaupun penempatannya di Kalimantan Tengah.
Waktu berlalu, banyak hal yang sudah terjadi pada diri saya sejak bekerja. Namun ada satu hal yang sangat mengganjal di hati, yaitu saya jadi jarang ikut Majelis. Hiks
Inilah alasan utama kenapa saya mulai menjadi tidak betah dengan keadaan itu.
Alhamdulillah, dari dulu Allah mudahkan saya untuk aktif ikut majelis. Baik Majelis Ilmu, Majelis Zikir, Majelis Shalawat, Majelis Maulid, dan lainnya.
Allah mudahkan pula saya untuk tetap bisa ikut majelis walau dengan jarak yang jauh hingga berjam-jam, bahkan ke Negeri Jiran, Malaysia.
Dengan penuh syukur, saya sangat berterima kasih atas semangat yang Allah hidayahkan ini. Semoga Semangat ini terus kekal hingga Husnul Khatimah.
Namun keadaan berubah sejak negara api menyerang. Eh bukan ?
Keadaan berubah sejak saya mulai banyak waktu yang terpakai untuk bekerja.
Sebenarnya seperti kamu tahu, bahwa di Kalimantan itu banyak sekali Pengajian dan Ulama-ulama hebat. Misalnya seperti Abah Guru Sekumpul, Syeikh Nuruddin Albanjari, dan lainnya.
Lalu kenapa saya jarang ikut?
Masalahnya bukan pada jarak atau tempat, masalahnya adalah terbatasnya waktu. Inilah alasan pertama saya kenapa ingin resign, mari kita bahas.
Waktu yang Terbatas
Kamu tentu sudah paham bahwa bekerja di perusahaan itu memiliki aturan. Salah satu aturannya adalah waktu kerja.
Secara umum, waktu kerja memang harus mengacu pada Peraturan Pemerintah Pasal 77 ayat 1, UU No.13/2003, yaitu maksimal 40 jam / minggu, dengan rincian:
Jika hari kerjanya lima hari, yaitu dari senin sampai jumat, maka jam kerjanya menjadi 8 jam / hari
Jika hari kerjanya enam hari, maka jam kerjanya menjadi 7 jam / hari. Hari jumatnya jadi 5 Jam.
Biasanya jam kerja itu dimulai pagi jam 07.00 atau jam 08.00, namun ada juga yang menerapkan sistem shift malam.
Nah, waktu akan sangat terasa berharga ketika kamu ingin melakukan sesuatu yang lain pada jam kerjamu itu, namun tentu semuanya tidak bisa dilakukan karena keterbatasan waktu tersebut. Kecuali jika kamu mengajukan izin.
Namun izinpun tetap saja terbatas hanya beberapa hari saja dalam satu bulan atau satu tahun.
Intinya, waktu akan sangat terbatas.
Majelispun begitu. Ada majelis yang waktunya diadakan di malam hari, ada pula yang diadakan di pagi atau siang hari.
Ini yang membuat saya begitu tersiksa karena tidak bisa menghadiri majelis jika diadakan di jam kerja.
Sehebat apapun rindumu pada majelis, tetap saja tidak bisa dihadiri jika dibatasi dengan jam kerja.
Bagi saya, untuk jarak sebenarnya tidak terlalu berpengaruh. Selama jarak itu bisa ditempuh dan bisa langsung kembali sebelum jam kerja besoknya, Insya Allah saya akan tempuh.
Namun meskipun usaha itu kuat, tetap mustahil dilakukan jika majelisnya diadakan di jam kerja kantor.
Akhirnya waktu terus berlalu dan saya semakin jarang mengikuti Majelis dikarenakan sibuknya di jam kerja.
Tempat yang Jauh
Sebelumnya saya sudah sampaikan bahwa jarak dan tempat sebenarnya tidak banyak berpengaruh bagi saya, karena akan saya tempuh jika memungkinkan.
Namun tetap saja, ini menjadi masalah jika tempat yang harus dikunjungi itu berada terlalu jauh dan memakan banyak waktu untuk sampai di sana.
Tidak masalah jika waktumu banyak, namun jika besoknya harus masuk kantor lagi, kamu pasti akan terlambat.
Lagi-lagi masalahnya adalah waktu.
Dulu saya bersedia berkendara walaupun 2 jam ke tempat diadakannya majelis, dan tentu ditambah 2 jam lagi untuk pulangnya.
Tidak masalah, yang penting bisa dengar sedikit petuah Ulama.
Tapi ada daya jika jaraknya memakan waktu 5 jam sampai 10 jam? resikonya tetap kamu akan ketinggalan masuk kantor besoknya.
Izin yang Terbatas
Berbicara masalah aturan, tentu banyak yang perlu dibahas.
Salah satunya adalah izin untuk tidak masuk kantor.
Sebenarnya beda-beda sih peraturan setiap perusahaan, ada yang izinnya itu begitu mudah untuk diberikan, ada pula yang sangat ketat dalam menjaga izin ini.
Perusahaanmu sendiri bagaimana?
Di tempat saya bekerja dulu, urusan izin ini benar-benar ketat. Bahkan saya bisa dipastikan tidak pernah izin sekalipun dari kantor.
Karena terlalu rajin?
Bukan.
Namun semata-mata hanya ingin menjadi profesional saja dalam bekerja. Dan semua itu telah banyak menghambat kegiatan saya untuk bisa mengaktualisasikan diri saya sendiri.
Salah satunya adalah untuk menghadiri Majelis.
Jadi, jika perusahaanmu mudah untuk memberikan izin, manfaatkan dengan baik.
Aurat Rekan Kerja
Rekan kerja yang saya maksud ini bukan berarti rekan sekantor ya. Namun rekan satu perusahaan.
Sejujurnya, pandangan aurat itu benar-benar mengganggu mata saya. Alhamdulillah Allah masih memberikan saya kesadaran untuk menjaga pandangan. Mohon doanya semoga Istiqamah.
Namun apa boleh buat?
Ada kegiatan tertentu yang memang mengharuskan kita untuk berinteraksi dengan mereka yang membuka aurat, apakah itu rambut atau lengan, tetap saja itu dosa.
Dan setiap dosa itu memancing untuk dosa berikutnya. Itulah yang saya khawatirkan.
Namun apa yang bisa kita lakukan? Karena semua itu adalah bagian dari perusahaan dan kita harus profesional di situ.
Oleh karena itu, jika memang tidak cocok, segera ambil keputusan agar bisa menikmati hidup dengan cara sendiri.
Kesimpulan
Bekerja adalah suatu tuntuan untuk mendapatkan penghasilan agar bisa menyambung hidup, termasuk menghidupi keluarga.
Namun jika pekerjaanmu telah mengambil ideologimu, khususnya bagian agama, maka ingatlah bahwa hidayah tidak selalu datang.
Banyak kisah yang menceritakan tentang hilangnya hidayah seseorang dari dirinya dikarenakan menyia-nyiakan hidayah yang telah ada.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjaga hidayah itu agar Allah tetapkan hati kita padaNya hingga Husnul Khatimah dan masuk surga. Amiin.
Mungkin kalian bertanya, kenapa “Marahnya atasan” tidak masuk dalam alasan saya untuk resign?
Karena bagi saya, apapun yang tidak menjauhkanmu dari Allah, maka semuanya bisa ditolerir.
Toh atasan marah-marah itu biasa kok, terjadi di hampir semua perusahaan. Itupun hanya terjadi jika bawahannya buat masalah.
Iya kan?
Itulah serangkaian alasan saya resign dan kemudian berniat untuk fokus usaha, agar bisa aktif mengikuti majelis dan ingin menjaga hidayah yang telah Allah berikan.
Terima kasih.
Salam
Alhadi Ibrahim
No Responses Yet